
“TIDAK MAU SEKOLAH”
Pertanyaan :
Sejak kecil putri saya diasuh oleh budenya. Menjelang usia 2 tahun bude tidak bisa lagi mengasuh dan kami memutuskan untuk memasukkannya ke playgroup karena kami belum menemukan pengasuh yang tepat untuknya. Sedangkan saya dan istri bekerja. Awalnya ia senang , karena kami bergantian menungguinya. Namun belakangan ini ia selalu menolak untuk bersekolah. Sejak dari rumah ia sudah menangis agar tidak bersekolah maunya ikut kami ke kantor. Karena tidak mungkin ikut terus ke kantor, kami dengan terpaksa membawanya dan meninggalkannya di sekolah. Walaupun pada awalnya menangis meronta-ronta, tetapi menurut para gurunya itu hanya sebentar. Ketika sore hari saya jemput, ia terlihat ceria dan selalu bilang “ayah iat nggak nangis” dan ini selalu terjadi setiap hari. Namun ada satu hal yang membuat saya gundah. Dalam tidurnya ia sering sesenggukan ( seperti habis menangis karena sedih sekali ). Saya tidak tahu, apakah itu pertanda depresi atau apa. Saya takut sebenarnya ia merasa tertekan, karena setiap kali kita mengucapkan kata “sekolah”, ia seperti takut dan langsung bilang “nggak sekolah…” apa yang seharusnya kami lakukan?
Jawab :
Memang sering menjadi dilema bagi orang tua yang bekerja antara harus mencari nafkah dan menemani anak di rumah. Namun dari sisi anak juga perlu dipahami bahwa di usianya sekarang ia masih butuh perhatian besar dari kedua orangtuanya.
Sebenarnya anak berusia di bawah 3 tahun belum wajib sekolah karena stimulasi yang diberikan di sekolah masih bisa diberikan oleh orang tua / pengasuh di rumah dan sebaiknya hindari alasan menjadikan sekolah sebagai tempat menitipkan anak karena dikhawatirkan anak akan merasa “tersisihkan” dari orang tuanya yang harus bekerja. Selain itu, sekolah pertama bagi anak sebaiknya jangan langsung yang mengharuskan kehadiran anak setiap hari, idealnya adalah 1-3 kali seminggu.
Menurut saya, yang dialami anak bapak adalah ketidak mampuan untuk beradaptasi secara baik dengan perubahan drastis dalam kehidupannya. Awalnya, ia merasa nyaman dalam pengasuhan bude di rumah. Sekarang ia harus masuk dalam lingkungan baru yang berbeda jauh dengan rumah dimana ia harus berbagi perhatian dengan anak lainnya dan berjauhan dengan oaring-orang yang dekat dengannya. Hal ini bisa sangat di pahami untuk anak seusia anak anda. Saya juga melihat anak anda mengingkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya. Karena itu ia enggan berpisah dari orang tuanya. Anda dan pasangan mungkin sudah merasa memberikan banyak waktu dan perhatian, tetapi anak mungkin merasa belum cukup. Sering kali orangtua merasa, dengan mengurusi kebutuhannya seperti memandikan atau menyuapi makan. Mereka sudah memberikan perhatian pada anak. Padahal itu baru kebutuhan lahiriah saja. Ada kebutuhan emosi anak yang terlewatkan. Untuk memenuhinya, anda bisa sering-sering mengajaknya bicara tentang perasaannya. Misalnya sebelum tidur, Anda bisa bertanya apa yang ia alami hari ini dan bagaimana perasaannya tentang itu. Momen ini juga bisa anda pakai untuk menjelaskan dengan bahasa anak mengapa orang tuanya harus bekerja dan meninggalkannya di sekolah. Percakapan emosi dengan anak bisa membantu anak mengeluarkan semua perasaan yang dialaminya sehingga tidak terbawa hingga tidur. Mengigau yang dialami anak disebabkan oleh kondisi emosi anak yang tidak tenang karena hal-hal yang ia alami di siang harinya atau sebelum tidur.
Dari cerita Anda, saya lihat sebenarnya tidak ada masalah dengan sekolahnya karena setelah si anak menangis dan meronta, ia bisa baik kembali. Namun, tidak ada salahnya anda mencaritahu apa yang membuat anak tidak nyaman di sekolah. Apakah gurunya kurang hangat? Adakah teman yang mengganggu ? Apakah aktivitas sekolahnya yang terlalu melelahkan? Caritahu dengan menanyai anak secara jeli sehingga ditemukan alasan yang sebenarnya. Konsultasikan juga masalah ini dengan guru sehingga penyebab dan pemecahannya bisa dicari bersama.
Jangan lupa, berikan penghargaan positif pada anak jika ia bisa melewati hari sekolahnya dengan ceria. Berikan ia pujian, pelukan hangat, atau hadiah berupa dibacakan cerita di malam harinya. Sebisa mungkin usahakan waktu di akhir pekan hanya diperuntukkan untuk anak dan keluarga. Satu lagi saran saya, secepatnya carilah pengasuh yang bisa dipercaya dan sudah punya hubungan dekat dengan anak sebelumnya. Dengan adanya pengasuh , diharapkan anak tidak harus berada di sekolah setiap hari dan sampai sore.
Jika dalam waktu satu bulan anak tidak menunjukkan kemajuan setelah anda melakukan usaha-usaha tersebut di atas (anak masih mengigau dan menolak sekolah ), anda bisa mengosultasikan masalah ini ke psikolog anak terdekat agar anak anda tertangani dengan baik.
INSPIRING :
Berikan perhatian dan kasih sayang putra-putri anda sepenuh hati , sehingga anak tumbuh dan berkembang dalam kebahagiaan dan keharmonisan. Sahabat… banyak orang yang menyesal ketika tidak bisa memberikan perhatian dan kasih sayang dimasa kecilnya anak , akibatnya diusia remaja banyak yang akhirnya menjauh dari orang tuanya. Sayangi anak setulus hati.
~~ Kak Wien ~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar